Inspirasi Investasi

Strategi Value Investing untuk Investor Saham Pemula

Investasi saham bisa menjadi jalan untuk mencapai kebebasan finansial, tapi banyak pemula yang bingung harus mulai dari mana. Salah satu strategi investasi yang sudah terbukti efektif adalah value investing. Artikel ini akan membahas secara lengkap tentang value investing, mulai dari definisi dasar hingga strategi yang lebih mendalam.

Apa Itu Value Investing?

Value investing adalah filosofi investasi yang fokus pada membeli saham dengan harga yang lebih rendah dari nilai intrinsiknya. Konsep ini mirip dengan menawar harga misalnya saat membeli rumah, di mana investor mencari aset berkualitas dengan harga diskon.

Mengapa Memilih Value Investing?

Value investing telah terbukti memberikan hasil yang konsisten. Di Indonesia, contoh suksesnya adalah Pak Lo Kheng Hong yang investasinya tumbuh 5.000 kali lipat sejak 1998 sampai 2020, dengan rata-rata return tahunan sebesar 47%. Di dunia internasional, Warren Buffett adalah contoh lain yang telah menerapkan value investing selama lebih dari lima dekade dengan return sekitar 19% per tahun.

Memahami Value Investing untuk Pemula

Untuk memulai dengan value investing, bayangkan prosesnya seperti membeli rumah. Misalnya, Anda menemukan rumah yang Anda sukai dengan harga Rp200 juta, tetapi setelah negosiasi, Anda berhasil mendapatkannya dengan harga Rp150 juta. Prinsip ini sama dengan membeli saham: Anda harus mengetahui nilai sebenarnya dari aset tersebut dan bersabar hingga mendapatkannya dengan harga yang wajar.

Menemukan Aset dengan Harga Murah

Membeli saham dengan value investing memerlukan kesabaran dan disiplin. Anda harus mampu menentukan nilai intrinsik dari sebuah saham, yang bisa dihitung dengan melihat luas tanah, luas bangunan, harga tanah per meter persegi, dan total biaya pembangunan rumah, sebagai analogi.

Misalnya, jika Anda menemukan saham yang bernilai Rp100.000 namun bisa dibeli seharga Rp50.000, Anda akan membeli sebanyak mungkin. Proses ini memerlukan analisis mendalam dan kesabaran untuk menemukan aset berkualitas dengan harga yang murah.

Memahami Value Investing untuk Investor Pemula

Apa yang Membuat Aset Menjadi Murah?

Jawabannya adalah cash flow. Investor sejati selalu mencari aset yang menghasilkan uang. Misalnya, pemilik kos-kosan mendapatkan uang dari pembayaran sewa, sedangkan investor obligasi mendapatkan uang dari kupon yang diterima.

Nah, nilai wajar dari suatu aset harus mencerminkan kemampuan aset untuk menghasilkan uang di masa depan. Mari kita lihat dua aset investasi:

  • Obligasi FR80: Dengan uang Rp100 juta, investor bisa mendapatkan return sekitar 6,75% per tahun setelah dipotong pajak.
  • Saham Mayora (MYOR): Dengan uang Rp100 juta, Anda bisa mendapatkan 42.194 lembar saham dengan earnings per share (EPS) sebesar Rp160 per lembar, setara dengan return 6,75% per tahun.

Ini menunjukkan bahwa obligasi dan saham Mayora memiliki rasio price to earning (PE) yang sama, yaitu 14,8 kali. Namun, laba dari Mayora bisa bertumbuh, memberikan potensi return yang lebih tinggi di masa depan.

Value Investing untuk Investor Menengah

Pentingnya Discounted Cash Flow (DCF)

DCF adalah metode untuk menghitung nilai sekarang dari cash flow di masa depan. Dengan menggunakan discount rate, kita bisa mengurangi nilai cash flow di masa depan. Angka discount rate biasanya di atas suku bunga obligasi, sekitar 10-12%.

Namun, penggunaan model DCF membutuhkan banyak asumsi, dan kesalahan kecil dalam asumsi bisa menghasilkan perbedaan hasil yang signifikan. Banyak investor seperti Warren Buffett jarang menggunakan model DCF dalam analisa mereka.

Value Investing untuk Investor Lanjutan

Mencari Aset dengan Resiko Rendah dan Return Tinggi

Value investor selalu mencari cara untuk mendapatkan return maksimal dengan resiko yang rendah. Ada tiga jenis resiko yang perlu diperhatikan:

  1. Resiko Bisnis: Bisnis yang berubah di masa depan atau asumsi yang salah.
  2. Resiko Membeli Kemahalan: Membayar terlalu mahal untuk aset yang dibeli.
  3. Resiko Diri Sendiri: Tidak siap saat harga turun, yang berujung pada jual rugi atau cutloss.

Untuk menghindari resiko ini, penting untuk membeli saham dengan margin of safety tertentu. Misalnya, membeli saham BBNI dengan PE ratio 5,6 kali saat harga sahamnya Rp2.300, padahal seharusnya memiliki PE ratio sekitar 12-13 kali.

Kesimpulan

Value investing adalah strategi investasi yang fokus pada membeli aset berkualitas dengan harga yang lebih rendah dari nilai intrinsiknya. Ini membutuhkan kesabaran, disiplin, dan analisa mendalam. Dengan mengikuti prinsip-prinsip value investing, Anda bisa meraih keuntungan maksimal dengan resiko yang minimal. Ingatlah untuk selalu memperhatikan margin of safety dan melakukan analisis yang mendalam sebelum mengambil keputusan investasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *