Saham Vale Indonesia (INCO) di 1Q24: Bagaimana Kinerja dan Prospeknya?
Kinerja Vale Indonesia (INCO) pada kuartal pertama tahun 2024 ternyata tidak sesuai dengan harapan. Dalam laporan terbaru, INCO melaporkan hasil yang lebih rendah dari perkiraan karena biaya kas yang masih tinggi dan kerugian dalam penyesuaian nilai wajar. Bagaimana detail dari hasil ini dan apa yang bisa kita harapkan ke depannya? Mari kita bahas lebih lanjut.
Hasil Kuartal Pertama 2024: Pendapatan dan Produksi
Pada kuartal pertama 2024, INCO mencatat pendapatan sebesar USD230 juta, turun 22% dibandingkan kuartal sebelumnya. Penurunan ini dipengaruhi oleh penurunan volume penjualan sebesar 12% dan penurunan harga jual rata-rata (ASP) sebesar 11%. Menariknya, produksi INCO juga turun 5% dibandingkan kuartal sebelumnya, dengan total produksi mencapai 18.199 ton.
Biaya Kas Tetap Tinggi, Margin Kas Menurun
Meski INCO berusaha untuk efisiensi biaya dengan menyesuaikan campuran energi untuk smelternya, biaya kas tetap meningkat sebesar 1% menjadi USD9.590 per ton. Peningkatan biaya ini lebih tinggi 10% dari perkiraan kami. Akibatnya, margin kas INCO turun drastis sebesar 36% menjadi USD3.061 per ton. Penurunan ini lebih dari 40% dibandingkan dengan perkiraan awal kami.
EBITDA dan Laba Bersih: Penurunan Signifikan
Secara keseluruhan, INCO melaporkan EBITDA sebesar USD56 juta, turun 43% dari kuartal sebelumnya dengan margin EBITDA sebesar 24%. Kerugian dalam penyesuaian nilai wajar dari aset derivatif terkait dengan investasi tambahan di PT Kolaka Nickel Indonesia (KNI) juga menurunkan pendapatan lain INCO menjadi -USD5 juta. Akibatnya, laba bersih INCO pada kuartal pertama 2024 hanya mencapai USD6 juta, turun 88% dibandingkan kuartal sebelumnya. Margin laba bersih turun menjadi 3%.
Revisi Perkiraan dan Rekomendasi Investasi
Kami menyesuaikan perkiraan kami untuk tahun 2024, dengan memperkirakan EBITDA sebesar USD324 juta (turun 17%) dan laba bersih sebesar USD94 juta (turun 34%). Berdasarkan penyesuaian ini, kami menurunkan rekomendasi kami untuk INCO menjadi Hold dengan target harga (TP) sebesar IDR4.240 per saham.
Prospek Jangka Pendek dan Risiko Investasi
Meskipun kami melihat potensi kenaikan yang terbatas untuk INCO dalam jangka pendek, terutama hingga proyek-proyek masa depannya selesai, kami tetap optimis terhadap perkembangan proyek-proyek tersebut. INCO memiliki peran penting dalam mendukung rantai pasokan industri kendaraan listrik (EV) di Indonesia. Namun, risiko investasi tetap ada, termasuk: 1) penundaan dalam pelaksanaan proyek, 2) penurunan lebih lanjut harga nikel, dan 3) perubahan regulasi pemerintah.
Kesimpulan
Hasil kuartal pertama 2024 dari Vale Indonesia menunjukkan tantangan yang cukup besar dengan biaya kas yang tinggi dan penurunan pendapatan. Meskipun demikian, dengan penyesuaian strategi dan fokus pada efisiensi, serta prospek positif untuk proyek-proyek masa depan, INCO tetap menjadi pemain penting dalam industri nikel Indonesia. Bagi para investor, penting untuk memperhatikan perkembangan selanjutnya dan mempertimbangkan risiko yang ada sebelum mengambil keputusan investasi.
Sumber analisa 1