Rencana Kenaikan Rasio Utang Indonesia Menjadi 50% dari PDB: Apa Dampaknya?
Sebuah pernyataan mengejutkan datang dari Hashim Djojohadikusumo, penasihat sekaligus saudara dari Prabowo Subianto, yang mengungkapkan bahwa Prabowo berencana untuk meningkatkan rasio utang Indonesia hingga 50% dari PDB. Rencana tersebut, yang bertujuan untuk mendanai program kampanye, termasuk program makan bergizi gratis yang diestimasikan akan menghabiskan 460 triliun rupiah pada tahun 2029, tentu saja memunculkan banyak pertanyaan.
Mengoptimalkan Pendapatan Negara sebagai Syarat Kenaikan Rasio Utang
Hashim menekankan bahwa untuk mewujudkan rencana kenaikan rasio utang tersebut, pemerintah harus meningkatkan pendapatan dari pajak, cukai, dan royalti pertambangan. Sebagai informasi, saat ini Indonesia memiliki rasio pendapatan terhadap PDB sebesar 14%, yang terendah di Asia Tenggara menurut IMF. Diperlukan strategi yang solid untuk meningkatkan pendapatan negara tanpa menimbulkan beban berlebih bagi masyarakat.
Program Makan Bergizi Gratis sebagai Stimulus Ekonomi
Program makan bergizi gratis yang diusung sebagai bagian dari rencana kenaikan rasio utang dipercaya akan berperan sebagai stimulus bagi ekonomi. Selain itu, program ini juga diharapkan dapat menambah PDB Indonesia setidaknya 1,2 percentage point. Untuk mendukung peningkatan kapasitas fiskal Indonesia, Prabowo berencana untuk mendirikan badan pendapatan negara guna meningkatkan pengumpulan pajak, serta mempertimbangkan pemangkasan subsidi dan penjualan aset negara.
Dampak dari Kenaikan Rasio Utang bagi Indonesia
Saat ini, rasio utang Indonesia terhadap PDB berada di kisaran 39%, masih lebih rendah dibandingkan dengan beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura. Namun, regulasi yang berlaku mewajibkan pemerintah untuk menjaga rasio utang tidak melebihi 60% terhadap PDB, dengan defisit APBN maksimum 3%.
Perspektif Kredibilitas dan Risiko Kredit Negara
Peningkatan level utang berpotensi mengurangi persepsi kekuatan neraca Indonesia dan meningkatkan risiko kredit negara di mata investor asing, terutama jika masih terdapat ketidakpastian mengenai kualitas belanja pemerintah. Hal ini dapat berakibat pada capital outflow dan tekanan terhadap nilai tukar. Dibutuhkan strategi yang matang dan transparansi dalam penggunaan dana hasil peminjaman untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia di tengah kondisi global yang tidak pasti.
Jadi, sementara rencana kenaikan rasio utang Indonesia menjadi 50% dari PDB membawa potensi stimulus ekonomi melalui program makan bergizi gratis, dampak dan risiko yang mungkin timbul perlu diperhitungkan dengan teliti. Langkah-langkah pengelolaan keuangan yang bijak akan sangat menentukan keberhasilan implementasi rencana ini dan menjaga stabilitas ekonomi Indonesia ke depan.