Inspirasi Investasi

Prospek Sektor Konsumer di Semester Kedua 2024: Ilusi Pertumbuhan dan Minimnya Katalis

Memasuki paruh kedua tahun 2024, sektor konsumen Indonesia menghadapi tantangan dan peluang yang kompleks. Meskipun ada peristiwa ekonomi utama yang seharusnya memicu pertumbuhan, katalis nyata untuk peningkatan signifikan masih terbatas. Dalam artikel ini, kita akan mengulas kinerja historis, prospek pertumbuhan, analisis margin, serta faktor-faktor kunci yang akan membentuk industri konsumen pada semester kedua 2024.

Analisis Kinerja Historis dan Musiman

Menganalisis pertumbuhan penjualan bersih di paruh kedua tahun-tahun sebelumnya, terlihat pola musiman yang unik di sektor konsumen. Mayora Indah (MYOR) menunjukkan pola musiman yang kuat dengan kinerja yang lebih baik pada paruh kedua, sedangkan Unilever Indonesia (UNVR) biasanya mencatatkan penjualan yang lebih baik di paruh pertama tahun. Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut di 2H24F. Khusus untuk Alfamart (AMRT), diproyeksikan akan mendapatkan manfaat dari percepatan pertumbuhan penjualan di 2H24F, yang biasanya dimulai pada kuartal ketiga seiring pembukaan toko baru.

Prospek Pertumbuhan dan Pendorongnya

Berdasarkan kinerja keuangan 1H24, kami telah menyesuaikan proyeksi kami untuk 2H24F. Meskipun tahun lalu sektor ini sempat lesu akibat rendahnya daya beli konsumen, kami yakin bahwa kelemahan ini akan berkurang. Kami memperkirakan pertumbuhan akan kembali mendekati level pra-COVID. Dari analisis laporan keuangan terbaru, momentum pertumbuhan penjualan di 2024F terutama didorong oleh volume. Tren historis dan asumsi kami menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) untuk perusahaan konsumen dari 2018 hingga 2024F berada di kisaran -1,4% hingga 22,0%.

Analisis Laba Kotor dan Margin

Berdasarkan kinerja keuangan 1H24, serta lingkungan biaya bahan baku yang berlaku dan depresiasi rupiah, kami memperkirakan adanya kompresi margin kotor di seluruh sektor konsumen. Meskipun model bisnis AMRT secara inheren menawarkan ketahanan margin, kami tetap memperkirakan penurunan margin kotor untuk semua perusahaan dalam kisaran deviasi +/- 1% dari asumsi kami.

Upaya Efisiensi untuk Menjaga Pertumbuhan

Kami memperkirakan adanya perbedaan kinerja margin EBIT di antara perusahaan konsumen. Sementara beberapa perusahaan secara proaktif menerapkan langkah-langkah pemotongan biaya untuk mengurangi tekanan margin kotor, yang lain, seperti MYOR, mungkin menghadapi tantangan lebih besar karena paparan terhadap harga komoditas yang fluktuatif seperti kopi dan biji kakao. Meskipun ada hambatan ini, perusahaan konsumen diproyeksikan, berdasarkan asumsi kami dan kinerja keuangan 1H24, untuk tetap berada pada jalur pertumbuhan yang positif, sesuai dengan panduan manajemen.

Pandangan Berhati-hati Menghadapi Biaya Komoditas

Kinerja laba bersih pada 1H24 menunjukkan hasil yang bervariasi. Perusahaan dengan utang dalam denominasi USD yang signifikan, seperti Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) dan Indofood Sukses Makmur (INDF), terpengaruh oleh depresiasi rupiah, yang meningkatkan beban keuangan. Sebaliknya, perusahaan konsumen lainnya diperkirakan akan menunjukkan peningkatan margin laba bersih karena efek dasar yang rendah pada tahun sebelumnya.

Mengantisipasi Penurunan Margin di Semester Kedua

Kami memperkirakan kompresi margin di semester kedua akibat volatilitas harga bahan baku seperti kakao dan kopi, meskipun harga gandum tetap stabil dan diperkirakan akan turun secara signifikan sebelum rebound di paruh kedua tahun ini. Rendahnya tingkat persediaan dan aktivitas pembelian yang tertunda akibat sentimen bearish diharapkan mendukung pemulihan harga. Namun, risiko tetap tinggi akibat potensi gangguan dari Rusia dan kondisi cuaca yang buruk di wilayah produksi utama. Meskipun tekanan harga untuk bahan lain telah stabil setelah gangguan rantai pasokan, tingginya biaya input mungkin memerlukan pendekatan konservatif terhadap pengeluaran iklan dan promosi (A&P) untuk mengimbangi erosi margin.

Target Inflasi dan Konsumsi Rumah Tangga

Inflasi Indeks Harga Konsumen (CPI) pada Juli 2024 tercatat lebih rendah, dengan inflasi CPI tercatat sebesar 2,1% YoY, terendah dalam 29 bulan terakhir, karena dipengaruhi oleh penurunan harga komponen volatil. Inflasi inti tetap stabil di 1,95% YoY, dan telah berada di bawah 2% selama 10 bulan terakhir. Menurut ekonom kami, ini terjadi lebih cepat dari yang diantisipasi. Kebijakan moneter BI saat ini masih pro stabilitas yang mendukung rupiah.

Konsumsi rumah tangga menunjukkan pertumbuhan yang kuat sebesar 8,4% YoY pada Juni 2024, terutama didorong oleh sektor makanan dan minuman. Sementara itu, segmen pakaian, HORECA, dan lainnya mencatat pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu, kemungkinan karena efek dasar yang tinggi dari permintaan tertunda pasca-lockdown. Meskipun tren konsumsi positif ini diperkirakan akan berlanjut, tekanan inflasi dan volatilitas harga pangan tampaknya terkendali untuk saat ini karena musim panen baru saja berakhir. Mengingat faktor-faktor ini, para ekonom kami telah menurunkan proyeksi pertumbuhan konsumsi rumah tangga untuk 2024F dan 2025F menjadi masing-masing 4,85% dan 4,92%.

Faktor-faktor Kunci yang Membentuk Prospek 2H24F

Bantuan Pemerintah

Pemerintah diharapkan untuk mempertahankan program bantuan sosialnya, yang fokus pada rumah tangga berpenghasilan rendah. Penyaluran bantuan dijadwalkan dilakukan setiap dua bulan pada Agustus, Oktober, dan Desember 2024. Anggaran keseluruhan program dan jumlah penerima manfaat (sekitar 22 juta keluarga) diperkirakan akan tetap stabil.

Pemilihan Regional

Selain pemilihan presiden, pada tahun 2024 juga akan ada pemilihan regional yang berlangsung secara bersamaan, dengan persiapan yang diharapkan dimulai pada akhir kuartal ketiga. Meskipun peristiwa ini mungkin memberikan dorongan jangka pendek, kami percaya bahwa manfaatnya mungkin terbatas. Tingkat konsumsi selama pemilihan presiden sebelumnya menunjukkan ketidakpastian, sehingga sulit untuk memprediksi dampak pasti terhadap perilaku dan pengeluaran konsumen. Dengan demikian, meskipun peristiwa politik ini dapat merangsang aktivitas ekonomi secara sementara, manfaat jangka panjangnya masih belum jelas.

Efek Pelantikan Presiden Baru

Dengan pelantikan presiden baru pada Oktober 2024, acara ini diantisipasi dapat memberikan arah yang lebih jelas untuk kebijakan dan target masa depan Indonesia. Pelantikan ini mungkin akan menanamkan kepercayaan di kalangan investor asing, yang berpotensi mengarah pada masuknya investasi kembali ke Indonesia karena mereka melihat lingkungan ekonomi yang lebih stabil dan menjanjikan. Transisi politik ini dapat menjadi katalis untuk meningkatkan investasi asing langsung, yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan ekonomi negara.

Potensi Pengenaan Cukai Minuman Manis

Dengan potensi penerapan cukai atas minuman berpemanis oleh pemerintah Indonesia, ada kemungkinan peningkatan pajak yang dikenakan pada produksi dan/atau penjualan. Meskipun intervensi ini bertujuan untuk mengurangi konsumsi minuman manis yang berlebihan, hal ini bisa merugikan margin perusahaan konsumen jika biaya tersebut tidak diteruskan kepada pelanggan. Mengingat daya beli yang lemah saat ini, kami percaya bahwa implementasinya perlu diawasi dengan cermat.

Implementasi Kenaikan PPN menjadi 12% Efektif 2025

Kenaikan PPN yang direncanakan dari 11% menjadi 12% akan berlaku mulai awal 2025 sebagai langkah untuk meningkatkan pendapatan pemerintah. Peningkatan ini diperkirakan akan meningkatkan biaya untuk bisnis, yang berpotensi menghasilkan harga yang lebih tinggi bagi konsumen untuk berbagai barang dan jasa.

Penerapan Cukai Gula

Indonesia telah mempertimbangkan cukai gula selama bertahun-tahun untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang terkait dengan konsumsi gula yang tinggi dan untuk menghasilkan pendapatan tambahan. Meskipun faktor ekonomi dan kompleksitas regulasi telah menunda penerapannya, Kementerian Kesehatan mengumumkan pada September 2023 bahwa regulasi ini hampir selesai dan dapat

diluncurkan kapan saja. Pengenaan cukai gula dapat menyebabkan harga produk yang mengandung gula menjadi lebih mahal, yang berpotensi mengubah pola konsumsi.

Rekomendasi dan Valuasi Saham

Meskipun ada tantangan, sektor konsumen Indonesia menawarkan peluang bagi investor jangka panjang. Beberapa saham dengan prospek pertumbuhan yang solid, manajemen yang kompeten, dan strategi yang tangguh dapat menjadi pilihan yang menarik. Investor disarankan untuk fokus pada perusahaan dengan neraca yang kuat, kemampuan untuk mengelola biaya, dan potensi untuk mempertahankan pertumbuhan pendapatan dan margin di tengah ketidakpastian.

Secara keseluruhan, meskipun prospek untuk semester kedua 2024 mungkin tampak suram bagi beberapa pemain di sektor konsumen, ada juga alasan untuk optimisme. Dengan strategi yang tepat, efisiensi operasional, dan kemampuan untuk menavigasi tantangan yang ada, sektor ini dapat terus tumbuh dan berkembang di masa depan.


AMRT (Sumber Alfaria Trijaya): Pertumbuhan Jejak dengan Perbaikan Margin

Kinerja AMRT Semester I 2024: Memenuhi Ekspektasi

AMRT berhasil mencatatkan kinerja yang solid pada paruh pertama tahun 2024, sejalan dengan ekspektasi kami dan konsensus pasar. AMRT membukukan laba bersih sebesar IDR904 miliar pada kuartal kedua 2024 (+1,5% QoQ; +8,0% YoY), sehingga total laba bersih untuk semester I 2024 mencapai IDR1,8 triliun (+11,3% YoY). Pencapaian ini sejalan dengan estimasi kami, dengan tingkat pencapaian sebesar 44,3% dari target.

Pendorong Pertumbuhan Pendapatan AMRT

Pendapatan AMRT pada kuartal kedua 2024 mencapai IDR29,8 triliun (+1,9% QoQ; +8,0% YoY), dengan total kumulatif untuk semester I 2024 sebesar IDR59,2 triliun (+10,0% YoY). Pertumbuhan ini didorong oleh penjualan di luar Pulau Jawa yang mencatatkan pertumbuhan sebesar +13,5% YoY, sementara wilayah Jawa selain Jabodetabek mencatatkan pertumbuhan menengah satu digit, dan Jabodetabek mencatatkan pertumbuhan rendah satu digit. Kategori non-makanan memimpin dengan pertumbuhan 13,5% YoY di kuartal kedua, dibandingkan dengan pertumbuhan 5,9% YoY untuk segmen makanan.

Pengelolaan Margin dan Ekspansi Toko

Margin kotor AMRT pada kuartal kedua 2024 tetap stabil di angka 21,4%, meskipun ada sedikit peningkatan, margin ini tetap mendukung tingkat EBIT yang stabil sebesar 2,9%. Namun, margin EBIT di wilayah Jabodetabek dan Jawa ex-Jabodetabek masing-masing mengalami kontraksi sebesar 13,6% YoY dan 12,5% YoY, yang kemungkinan disebabkan oleh peningkatan biaya operasional terkait pembukaan toko baru. Meskipun demikian, rasio opex/penjualan tetap stabil di angka 18,6% untuk semester I 2024, dengan rasio gaji/penjualan juga stabil di angka 10,0%.


ICBP (Indofood CBP Sukses Makmur): Traksi Volume yang Kuat di Semester I 2024

Kinerja ICBP Semester I 2024: Laba Inti Naik 20% YoY

ICBP mencatatkan pertumbuhan laba inti yang kuat pada semester pertama tahun 2024, meskipun kinerja laba bersih sedikit tertahan oleh kerugian kurs akibat depresiasi rupiah. Pada kuartal kedua 2024, laba inti tercatat sebesar IDR2,4 triliun (-26,5% QoQ; +31,5% YoY), dengan total kumulatif untuk semester I 2024 sebesar IDR5,6 triliun (+20,1% YoY).

Pendapatan dan Margin ICBP

Pendapatan ICBP pada kuartal kedua 2024 tercatat sebesar IDR17 triliun (-14,5% QoQ; +11,1% YoY), dengan total kumulatif sebesar IDR36,9 triliun (+7,2% YoY). Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan volume penjualan baik di pasar domestik maupun luar negeri, yang masing-masing mencatatkan pertumbuhan 9%. Di sisi lain, biaya input yang lebih rendah dan stabil turut mendorong ekspansi margin EBIT menjadi 19,5% YoY.

Rekomendasi Valuasi untuk ICBP: Downgrade ke “Hold”

Kami menurunkan rekomendasi untuk ICBP menjadi “Hold” dengan target harga yang lebih rendah, mencerminkan risiko yang terkait dengan peningkatan biaya keuangan yang dipicu oleh utang dalam denominasi USD dan volatilitas kurs. Meski demikian, prospek pertumbuhan laba inti masih cukup kuat berkat stabilitas biaya bahan baku.


INDF (Indofood Sukses Makmur): Pertumbuhan Laba Inti yang Kuat

Kinerja INDF Semester I 2024: Laba Inti Melonjak Meski Pertumbuhan Pendapatan Melambat

INDF mencatatkan pertumbuhan laba inti yang signifikan pada semester pertama tahun 2024, meskipun pendapatan mengalami perlambatan. Pada kuartal kedua 2024, laba inti INDF mencapai IDR2,5 triliun (-22,8% QoQ; +40,3% YoY), sehingga total laba inti untuk semester I 2024 mencapai IDR5,7 triliun (+21,7% YoY).

Valuasi dan Rekomendasi untuk INDF

Kami menurunkan target harga FY24F untuk INDF menjadi IDR7.000 berdasarkan rasio P/E ke depan sebesar 5,0x, yang mencerminkan risiko yang terkait dengan utang dalam denominasi USD dan pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan. Kami merekomendasikan “Hold” untuk saham INDF dengan pertimbangan risiko inflasi yang tinggi dan depresiasi rupiah.


UNVR (Unilever Indonesia): Hasil yang Mengecewakan di 1H24

Unilever Indonesia menghadapi tantangan berat pada paruh pertama tahun 2024. Meskipun perusahaan ini adalah pemain utama di industri barang konsumen cepat habis (FMCG), hasil keuangannya menunjukkan penurunan yang signifikan. Laporan keuangan 1H24 menunjukkan bahwa UNVR gagal mencapai ekspektasi baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih.

UNVR Gagal Penuhi Ekspektasi, Masih Terpukul oleh Dampak Boikot

UNVR melaporkan penurunan pendapatan menjadi IDR8,9 triliun, yang turun sebesar 11,1% secara QoQ dan 7,5% secara YoY. Laba bersih perusahaan juga mengalami penurunan drastis, hanya mencapai IDR1 triliun, turun sebesar 29,7% QoQ dan 24,8% YoY. Secara kumulatif, laba bersih untuk 1H24 mencapai IDR2,4 triliun, turun 10,6% YoY.

Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh dampak berkelanjutan dari boikot yang menimpa produk UNVR. Meskipun volatilitas dampak ini mulai berkurang, industri FMCG secara keseluruhan juga mengalami pertumbuhan yang lebih lemah pada 1H24. Segmen produk perawatan pribadi (HPC) dan makanan & minuman (FnR) keduanya mengalami penurunan di Q2, masing-masing sebesar 9,2% dan 4,1%.

Tantangan dalam Optimasi Biaya dan Tekanan pada Margin

Meskipun UNVR telah berupaya meningkatkan efisiensi dan memanfaatkan biaya input yang lebih rendah, margin kotor perusahaan tetap tertekan. Hal ini menandakan bahwa tantangan dalam optimasi biaya masih terus berlanjut. Selain itu, margin EBIT UNVR tetap berada di bawah tekanan karena biaya promosi dan iklan yang tinggi untuk mendapatkan kembali loyalitas pelanggan setelah boikot.

Melihat ke depan, kami memperkirakan tren negatif dalam pertumbuhan penjualan dan volume akan berlanjut hingga akhir 2024. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor: 1) tekanan berkelanjutan dari boikot; 2) potensi penurunan harga jual unit (UPG) jika harga komoditas tetap tinggi; dan 3) tantangan berkelanjutan dalam memulihkan volume dan pangsa pasar.

Penurunan Proyeksi dan Rekomendasi Tahan dengan TP Lebih Rendah

Kami telah menurunkan proyeksi pertumbuhan pendapatan UNVR untuk 2024F menjadi penurunan sebesar 6,3% dan untuk 2025F sebesar 10,7%. Kami juga menurunkan target harga (TP) UNVR menjadi IDR2,700, berdasarkan P/E sebesar 22x, yang merupakan 1,5 standar deviasi di bawah rata-rata 5 tahun. Kami mempertahankan rekomendasi Tahan untuk saham ini, mengingat tantangan yang masih dihadapi perusahaan, seperti persaingan yang ketat, tantangan dalam memperbaiki citra merek pasca boikot, dan kebutuhan CEO baru untuk menerapkan strategi yang sukses.


MYOR (Mayora Indah): Hasil Positif di Tengah Tekanan Margin

Sementara itu, Mayora Indah (MYOR) melaporkan hasil yang lebih positif dibandingkan UNVR pada 1H24. Meskipun menghadapi tekanan pada margin, MYOR berhasil melampaui ekspektasi laba bersih.

Hasil yang Positif, Tapi Margin Tetap Tertekan

MYOR melaporkan pendapatan sebesar IDR7,4 triliun untuk Q2, yang meskipun turun 14,8% QoQ, tetap naik 17,2% YoY. Laba bersih untuk Q2 mencapai IDR606 miliar, turun 45,5% QoQ namun meningkat 23,2% YoY. Secara kumulatif, laba bersih untuk 1H24 mencapai IDR1,7 triliun, naik 40,9% YoY.

Segmen makanan dan minuman MYOR keduanya mencatat pertumbuhan, dengan makanan naik 0,6% YoY dan minuman naik 28,3% YoY. Pertumbuhan penjualan domestik sebesar 20% YoY dan ekspor sebesar 14,1% YoY menunjukkan strategi MYOR yang solid dalam menghadapi tantangan pasar.

Perubahan Proyeksi dan Rekomendasi Beli dengan TP Lebih Tinggi

Kami merevisi proyeksi kami untuk MYOR menjadi lebih optimis, dengan pertumbuhan pendapatan di 2024F dan 2025F masing-masing sebesar 9,0% dan 10,5%. Kami juga menaikkan target harga MYOR menjadi IDR3,275, berdasarkan P/E sebesar 20x, yang merupakan 0,75 standar deviasi di bawah rata-rata 3 tahun. Rekomendasi kami adalah Beli, mengingat kinerja margin yang meningkat dan prospek yang lebih cerah di paruh kedua 2024.


CMRY (Cisarua Mountain Dairy): Sejalan dengan Ekspektasi

Cimory (CMRY) juga menunjukkan kinerja yang sejalan dengan ekspektasi pasar pada 1H24. Laba bersih untuk Q2 mencapai IDR416 miliar, naik 7,7% QoQ dan 28,1% YoY, dengan pendapatan mencapai IDR2,2 triliun, naik 3,7% QoQ dan 15,4% YoY.

Stabilitas di Tengah Persaingan Ketat

Segmen produk susu CMRY terus menunjukkan pertumbuhan yang stabil, meskipun persaingan di pasar susu sangat ketat. Segmen makanan juga menunjukkan pertumbuhan yang kuat, dengan peningkatan 29,2% YoY pada 1H24. Margin kotor CMRY tetap stabil, didukung oleh biaya input susu bubuk yang lebih rendah.

Rekomendasi Tahan dengan TP Tetap

Kami mempertahankan target harga IDR5,050 untuk CMRY, berdasarkan P/E sebesar 28,1x untuk FY24F, yang merepresentasikan -0,8 SD dari rata-rata P/E 3 tahun. Meskipun prospek pertumbuhan masih kuat, risiko seperti harga bahan baku yang lebih tinggi dan persaingan yang lebih agresif tetap menjadi perhatian utama.


Kesimpulan: Tantangan dan Peluang di Sektor Konsumen

Sektor konsumen Indonesia menghadapi tantangan yang signifikan pada paruh kedua tahun 2024, termasuk volatilitas ekonomi dan ketidakpastian global. Namun, beberapa perusahaan masih menunjukkan prospek pertumbuhan yang solid berkat strategi ekspansi dan pengelolaan margin yang efektif. Dalam situasi ini, para investor harus berhati-hati dalam memilih saham yang dapat memberikan imbal hasil yang optimal, dengan mempertimbangkan risiko-risiko yang ada. Investor perlu memperhatikan perkembangan harga bahan baku, persaingan di pasar, dan strategi perusahaan dalam menghadapi tantangan ini. Dengan tetap waspada dan mempertimbangkan risiko yang ada, peluang untuk pertumbuhan masih ada, terutama bagi perusahaan yang dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan kondisi pasar.


Sumber artikel 1

Disclaimer: Artikel ini disusun untuk tujuan informasi dan tidak dimaksudkan sebagai saran investasi. Pembaca disarankan untuk melakukan penelitian sendiri sebelum membuat keputusan investasi apa pun.

  1. Consumer (miraeasset.co.id)[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *