PNBN: Rencana Divestasi Keluarga Gunawan dan ANZ Group
Informasi terbaru dari Reuters menyebutkan bahwa pada hari Kamis (3/10), keluarga Gunawan dan ANZ Group Holdings Ltd. tengah mempertimbangkan untuk menjual kepemilikan mereka di PNBN (Bank Pan Indonesia). Keduanya memiliki total kepemilikan saham sebesar 85,74%, di mana keluarga Gunawan sebagai pengendali memiliki 46,52% dan ANZ menguasai 39,22% saham.
Narasumber dari Reuters mengungkapkan bahwa keluarga Gunawan terbuka untuk mengalihkan pengendaliannya di PNBN. Namun, porsi kepemilikan saham yang akan dijual oleh mereka sangat bergantung pada harga penawaran yang masuk. Para pihak yang terlibat dalam transaksi ini telah menunjuk Citigroup sebagai penasihat, dan dokumen marketing sudah mulai didistribusikan ke calon pembeli. Meskipun demikian, proses penjualan secara formal diperkirakan akan memakan waktu beberapa pekan.
Sementara itu, ANZ dan Citigroup menolak memberikan komentar terkait isu ini, dan keluarga Gunawan pun belum dapat dimintai keterangan. Pada hari yang sama, harga saham PNBN meroket hingga 13,64% mencapai 1.750 rupiah per lembar, dengan nilai kapitalisasi pasar yang mencapai 42,15 triliun rupiah.
Kabar ini tak jauh berbeda dengan laporan dari Bloomberg pada pertengahan September 2024 yang menyebutkan bahwa ANZ kembali mempertimbangkan untuk menjual seluruh kepemilikannya di PNBN untuk mengurangi posisi di beberapa aset Asia yang telah lama dipegang. Narasumber Bloomberg juga mengindikasikan bahwa calon pembeli divestasi ini termasuk bank-bank asal Jepang dan Malaysia.
Sebelumnya, ANZ telah berniat untuk menjual PNBN sejak 2013, tetapi negosiasi terhambat karena masalah valuasi. Dalam beberapa tahun terakhir, rencana penjualan saham PNBN yang dimiliki ANZ menarik perhatian Mitsubishi UFJ Financial Group dan Sumitomo Mitsui Financial Group, namun tidak ada kesepakatan yang tercapai.
Di Indonesia, beberapa bank asal Malaysia seperti CIMB Group melalui Bank CIMB Niaga (BNGA) dan Maybank Group melalui Bank Maybank Indonesia (BNII) juga memiliki kehadiran yang kuat. Di sisi lain, bank asal Jepang seperti SMBC Group melalui Bank SMBC Indonesia (BTPN), MUFG Group melalui Bank Danamon Indonesia (BDMN), dan JTrust Co. Ltd. melalui Bank JTrust (BCIC) juga aktif di pasar ini.
Secara valuasi, sebelum berita ini dirilis oleh Reuters, PNBN diperdagangkan dengan valuasi PBV yang relatif rendah dibandingkan beberapa bank menengah swasta lainnya di Indonesia. Dengan penguatan harga saham PNBN baru-baru ini, nilai PBV-nya meningkat menjadi 0,83x, yang relatif lebih setara dengan PBV peers-nya.
Melihat dari beberapa akuisisi besar bank swasta publik dalam beberapa tahun terakhir, misalnya, BNLI (diakuisisi) oleh Bangkok Bank dengan valuasi 1,63x PBV pada 2020, dan BDMN (diakuisisi) oleh MUFG dengan valuasi 2,0x PBV pada 2017-2019. Baru-baru ini, Bank OCBC NISP (NISP) juga mengakuisisi bank swasta private Bank Commonwealth dengan valuasi PBV 0,54x.
Dengan semua perkembangan ini, kita perlu mengikuti langkah-langkah strategis dari keluarga Gunawan dan ANZ, serta dampaknya terhadap peta industri perbankan di Indonesia. Apakah langkah divestasi ini akan membawa perubahan signifikan? Hanya waktu yang akan menjawab!
Kesimpulannya, rencana divestasi keluarga Gunawan dan ANZ di PNBN merupakan suatu momen penting yang patut dicermati oleh para investor dan pelaku pasar. Perkembangan ini tidak hanya akan berdampak pada nilai saham PNBN, tetapi juga bisa menjadi indikator tren di sektor perbankan Indonesia. Mari kita tunggu perkembangan selanjutnya!