Berita Korporasi

PGAS (Perusahaan Gas Negara) Siap Impor LNG untuk Atasi Defisit Gas

Menghadapi Tantangan Defisit Gas di Blok Corridor

Direktur Utama Perusahaan Gas Negara (PGAS), Arief S. Handoko, baru-baru ini mengungkapkan rencana ambisius perusahaan untuk menghadapi masalah defisit gas pipa yang semakin mendesak. Dalam pernyataannya, Arief menjelaskan bahwa jika situasi ini tidak dapat diatasi melalui potensi gas dalam negeri, pihaknya akan membuka opsi untuk mengimpor kargo gas alam cair (LNG).

Alokasi Gas dari Blok Corridor Menurun

Menurut Arief, alokasi gas dari Blok Corridor yang dikelola oleh anak usaha Medco Energi Internasional (MEDC) berada dalam jalur penurunan yang signifikan. Alokasi gas yang saat ini berada pada level 410 BBtud diperkirakan akan menyusut menjadi hanya 129 BBtud pada tahun 2028. Ini menunjukkan perubahan yang drastis dan menjadi perhatian serius bagi PGAS sebagai penyedia utama gas di Indonesia.

Defisit Gas di Kawasan Sumatra

Bukan hanya Blok Corridor, PGAS juga menghadapi defisit gas pipa dari beberapa lapangan di kawasan Sumatra bagian tengah. Beberapa lapangan yang terkena dampak termasuk PEP Sumatra Selatan (Regional 1), PEP Jawa Barat (Regional 2), serta PHE Jambi Merang. Hal ini menambah kompleksitas tantangan yang dihadapi oleh perusahaan gas terbesar di Indonesia ini.

Upaya Penambahan Kargo LNG

Sebelumnya, Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas, Kurnia Chairi, juga menekankan bahwa saat ini pihaknya sedang memfinalisasi upaya penambahan kargo LNG untuk menutupi defisit gas pipa yang terjadi di sejumlah lapangan yang telah terkontrak dengan PGAS. Ini mencerminkan kolaborasi erat antara PGAS dan SKK Migas untuk memastikan pasokan gas tetap terjaga dan dapat memenuhi permintaan.

Kesimpulan

Dengan langkah proaktif untuk membuka opsi impor LNG, PGAS menunjukkan komitmennya dalam mengatasi tantangan yang ada. Ingat, dalam dunia energi yang dinamis, sering kali kita harus fleksibel dan cepat beradaptasi. Apakah PGAS dapat berhasil menghadapi tantangan ini? Hanya waktu yang akan menjawab. Namun, dengan langkah-langkah yang diambil saat ini, ada harapan untuk masa depan yang lebih stabil bagi sektor energi Indonesia.

Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut, kunjungi artikel lengkapnya di sini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *