Analisis Saham

MTEL (PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk): Pertumbuhan Kuat dalam Bisnis Menara dan Fiber Optik di Tengah Tantangan Industri Telekomunikasi

PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) yang juga dikenal dengan nama Mitratel menunjukkan kinerja yang luar biasa pada kuartal kedua 2024. Dengan peningkatan pendapatan yang kuat dari bisnis penyewaan menara dan fiber optik, MTEL terus melaju di depan pesaingnya di industri infrastruktur telekomunikasi. Bagaimana perusahaan ini berhasil tumbuh di tengah persaingan yang ketat? Mari kita telusuri lebih dalam.

Pendapatan MTEL 2Q24: Pertumbuhan yang Mengesankan

Pendapatan MTEL pada kuartal kedua 2024 mencapai IDR2,24 triliun, meningkat sebesar 8,2% YoY dari IDR2,07 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya. Ini menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal pertama 2024 yang sebesar 7,3%, menandakan tren pertumbuhan yang kuat dan berkelanjutan.

Pertumbuhan pendapatan ini terutama didorong oleh bisnis penyewaan menara, yang merupakan tulang punggung MTEL, serta bisnis fiber optik yang diprediksi menjadi pendorong pertumbuhan di masa depan. Pendapatan dari bisnis menara mencapai IDR2,04 triliun, meningkat sebesar 3,7% QoQ dan 9,2% YoY. Sementara itu, bisnis fiber optik mencatatkan pendapatan sebesar IDR90 miliar, tumbuh sebesar 5,9% QoQ dan 73,1% YoY.

Meskipun pangsa pasar pendapatan fiber optik MTEL saat ini masih sekitar 4%, kontribusi ini terus meningkat. Pada panggilan hasil keuangan terakhir, manajemen MTEL menyebutkan bahwa mereka mengharapkan pangsa pendapatan fiber optik mencapai 5% pada akhir 2024. Dengan proyeksi ini, pertumbuhan yang tinggi di segmen fiber optik sangat diantisipasi ke depannya.

Penambahan Aset Menara dan Penyewaan

Selama kuartal kedua 2024, MTEL berhasil menambah 446 menara ke dalam portofolionya dan mendapatkan 790 penyewa baru, yang berkontribusi pada peningkatan rasio penyewaan sebesar 0,2% QoQ. Rata-rata pendapatan bulanan per penyewa juga meningkat sebesar 2,3% QoQ, menunjukkan efektivitas strategi pengelolaan aset perusahaan.

MTEL saat ini memegang jumlah menara terbesar di luar Jawa, dengan hampir 59% dari portofolio terkonsentrasi di wilayah ini. Dengan banyaknya pemain telekomunikasi yang menargetkan ekspansi ke luar Jawa, MTEL mempertahankan keunggulan kompetitif di segmen ini.

Analisis Biaya dan Efisiensi Operasional

Pada kuartal kedua 2024, MTEL mencatatkan beban pokok pendapatan termasuk biaya penyusutan dan amortisasi sebesar IDR1,10 triliun, turun 0,7% YoY. Penurunan biaya ini kontras dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 8,2%, menunjukkan efisiensi operasional yang berhasil diterapkan oleh MTEL.

Biaya perencanaan, operasi, dan pemeliharaan mengalami penurunan sebesar 6,9% YoY, yang terutama disebabkan oleh peningkatan skala bisnis MTEL. Sementara itu, biaya konstruksi dan manajemen proyek meningkat sebesar 9,8% YoY, sejalan dengan pertumbuhan pendapatan dari portofolio bisnis terkait menara sebesar 9,2% YoY.

Pada saat yang sama, biaya penyusutan dan amortisasi meningkat menjadi IDR849 miliar, naik 0,5% YoY, seiring dengan penambahan aset tetap dan kontrak sewa lahan tambahan yang mengikuti peningkatan jumlah menara. Namun, MTEL berhasil mengelola biaya operasional dengan baik, yang berkontribusi pada perbaikan profitabilitas secara keseluruhan.

Peningkatan Margin Laba: Sinyal Positif untuk Masa Depan

MTEL mencatatkan laba operasi sebesar IDR1,01 triliun pada kuartal kedua 2024, meningkat sebesar 20,8% YoY, dengan margin laba operasi yang naik 4,4 poin dari 46,6% menjadi 51,0%. Peningkatan besar ini terutama didorong oleh penurunan biaya pokok pendapatan serta kenaikan biaya operasional yang dapat dikelola dengan baik. Ini menunjukkan bahwa manajemen MTEL berupaya keras untuk mengoperasikan perusahaan secara efisien.

EBITDA MTEL juga meningkat menjadi IDR1,86 triliun, naik sebesar 0,8% QoQ dan 10,6% YoY, dengan perbaikan margin dari 80,9% menjadi 82,7%. Meskipun peningkatan EBITDA relatif kecil, hal ini disebabkan oleh laju pertumbuhan biaya penyusutan dan amortisasi MTEL yang relatif rendah pada kuartal kedua 2024. Terakhir, laba bersih MTEL juga meningkat sebesar 4,2% YoY menjadi IDR543 miliar.

Potensi Investasi: Mengapa MTEL Tetap Menarik

Dengan dua elemen kunci yang mendefinisikan sektor infrastruktur telekomunikasi di Indonesia, yaitu bisnis penyewaan menara telekomunikasi dan bisnis fiber optik, MTEL menunjukkan potensi pertumbuhan yang luar biasa. Di saat bisnis penyewaan menara di seluruh industri mengalami stagnasi akibat dampak dari merger antara IOH dan 3 Hut, MTEL justru mencatatkan pertumbuhan pendapatan menara yang solid. Ini karena MTEL memiliki pangsa pendapatan yang sangat besar dari TLKM dan ketergantungan yang jauh lebih rendah pada IOH dan 3 Hut dibandingkan dengan pesaingnya.

Di sisi lain, bisnis kabel fiber optik menunjukkan tingkat pertumbuhan yang tinggi di seluruh industri, dan MTEL juga menunjukkan pertumbuhan yang sangat tinggi di area ini. Oleh karena itu, MTEL saat ini adalah perusahaan yang menunjukkan potensi pertumbuhan tertinggi di antara perusahaan infrastruktur telekomunikasi lainnya.

Peluang dari Pemotongan Suku Bunga

Diskusi tentang pemotongan suku bunga telah berlangsung sejak akhir 2023. Suku bunga yang lebih rendah diprediksi akan meningkatkan valuasi sektor secara keseluruhan, terutama bagi perusahaan-perusahaan yang intensif modal seperti infrastruktur telekomunikasi. Dengan potensi pemotongan suku bunga AS pada bulan September, aset-aset yang sebelumnya terabaikan karena suku bunga tinggi mulai mendapatkan perhatian, dan ini akan berdampak positif bagi MTEL.

Secara umum, penurunan suku bunga adalah kabar baik untuk ekuitas, tetapi ini sangat menguntungkan bagi sektor infrastruktur telekomunikasi yang sangat sensitif terhadap perubahan suku bunga. Selama periode suku bunga tinggi yang berkepanjangan, perusahaan seperti MTEL mengalami kinerja saham yang buruk meskipun fundamentalnya kuat. Namun, dengan dimulainya pemotongan suku bunga, perusahaan seperti MTEL diprediksi akan mendapatkan perhatian lebih besar, yang mengarah pada tren positif harga sahamnya.

Valuasi dan Rekomendasi: Trading Buy dengan Target Harga IDR790

Kami mempertahankan rekomendasi trading buy untuk MTEL dengan target harga sebesar IDR790 per saham. Kinerja MTEL pada paruh pertama 2024 sejalan dengan ekspektasi kami, dan kami memiliki pandangan positif jangka panjang terhadap MTEL. Terutama dengan pemotongan suku bunga yang diantisipasi pada paruh kedua tahun ini, kami memperkirakan peningkatan valuasi di seluruh sektor infrastruktur telekomunikasi.

Dengan potensi pertumbuhan bisnis kabel fiber optik yang terus mencatatkan tingkat pertumbuhan tinggi, kami semakin yakin dengan prospek positif MTEL. Risiko yang perlu diperhatikan termasuk kegagalan MTEL dalam memperluas pendapatan fiber optik hingga tingkat targetnya, serta lingkungan suku bunga tinggi yang bertahan lebih lama dari yang diharapkan.

Secara keseluruhan, meskipun ada tantangan seperti masuknya Starlink ke Indonesia dan potensi merger antara EXCL dan FREN, kami tetap sangat optimis terhadap prospek pertumbuhan jangka panjang MTEL. Dengan strategi ekspansi yang proaktif ke luar Jawa, MTEL diposisikan untuk meraih manfaat signifikan dari perubahan-perubahan dalam industri telekomunikasi di Indonesia.

Sumber Analisis 1

  1. PT Dayamitra Telekomunikasi (miraeasset.co.id)[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *