Analisis Saham

Kinerja Telkom Indonesia (TLKM) di Semester Pertama 2024: Menutup dengan Hasil Mengecewakan

Kinerja Telkom Indonesia (TLKM) pada semester pertama 2024 menunjukkan beberapa hasil yang mengecewakan, terutama dalam hal pendapatan dan laba bersih. Meskipun begitu, ada beberapa aspek yang patut diperhatikan untuk memahami lebih dalam situasi ini. Mari kita telusuri lebih lanjut.

Overview Pendapatan 2Q24: Pendapatan di Bawah Ekspektasi

Pada kuartal kedua 2024, Telkom Indonesia mencatat pendapatan sebesar IDR37,9 triliun dengan kenaikan 1,3% YoY. Angka ini jauh di bawah ekspektasi konsensus yang memperkirakan pertumbuhan di kisaran 3%. Pendapatan dari segmen Data, Internet & IT Services mencapai IDR23,3 triliun atau naik 7,2% YoY, didorong oleh peningkatan penggunaan data oleh masyarakat serta pengklasifikasian ulang pendapatan B2B IndiHome ke area ini.

Selain itu, pendapatan dari interkoneksi juga mengalami kenaikan tipis menjadi IDR2,27 triliun atau naik 1,2% YoY. Total payload data Telkom meningkat sebesar 9,3% YoY menjadi 4.929,9PB, mencerminkan tren global menuju penggunaan data internet yang lebih tinggi. Telkom juga berhasil menarik lebih banyak pengguna seluler sebesar 4,3% YoY menjadi 159,9 juta pada 2Q24, meskipun ARPU seluler sedikit turun menjadi IDR45,0 ribu.

Pendapatan IndiHome: Tantangan Baru dan Reaksi Investor

Pendapatan IndiHome pada 2Q24 mengalami penurunan 15,1% YoY menjadi IDR6,11 triliun, terutama karena kebijakan pengklasifikasian ulang pendapatan B2B dari IndiHome. Meskipun demikian, jumlah pelanggan IndiHome terus bertambah, mencapai 10,6 juta atau naik 2,5% QoQ dan 10,9% YoY. Namun, penurunan ARPU IndiHome B2C yang berkelanjutan menjadi perhatian, dengan penurunan sebesar 1,0% QoQ, yang disebabkan oleh upaya akuisisi pelanggan yang agresif oleh Telkom.

Analisis Beban: Kenaikan Signifikan dalam Beban Operasional

Pada 2Q24, total beban operasional TLKM mencapai IDR19,4 triliun atau naik 7,9% YoY, terutama disebabkan oleh kenaikan dua digit dalam beban personel serta beban G&A. Beban personel meningkat menjadi IDR5,36 triliun atau naik 30,5% YoY akibat program pensiun dini yang menelan biaya sekitar IDR1,24 triliun. Program ini bertujuan untuk merampingkan organisasi dan meningkatkan jumlah talenta muda. Selain itu, beban G&A juga mengalami peningkatan signifikan sebesar 23,2% YoY yang disebabkan oleh bonus untuk direksi dan manajemen.

Kenaikan ini sebagian besar merupakan fenomena sementara, tetapi program pensiun dini menandai awal dari perubahan jangka panjang untuk TLKM dan diperkirakan akan terus berlangsung. Manajemen menegaskan bahwa peningkatan biaya ini harus dilihat sebagai investasi besar perusahaan untuk memastikan talenta terbaik di masa depan.

Penurunan Margin: Efek dari Kenaikan Opex

Profit operasional TLKM menurun menjadi IDR10,6 triliun atau turun 8,3% YoY, dan laba bersihnya juga turun menjadi IDR5,71 triliun atau turun 9,9% YoY pada 2Q24. Margin operasional turun sebesar 2,9 poin menjadi 28,1%, dan margin laba bersih juga turun sebesar 1,9 poin menjadi 15,1%. EBITDA juga menurun menjadi IDR18,7 triliun atau turun 5,0% YoY dengan penurunan margin sebesar 3,3 poin menjadi 49,3%.

Penyebab utama dari kinerja lemah TLKM dalam hal profit adalah pertumbuhan pendapatan yang lebih lambat dari yang diharapkan, sementara biaya meningkat signifikan. Secara spesifik, kenaikan tajam dalam beban personel menjadi faktor utama yang menurunkan profitabilitas secara keseluruhan.

Operator Telekomunikasi Teratas di Indonesia

Meskipun persaingan di industri telekomunikasi semakin ketat, TLKM tetap mempertahankan kualitas layanannya yang unggul di Indonesia. Salah satu keunggulan TLKM adalah cakupan jaringannya yang luas, yang membuat pelanggan sulit beralih ke penyedia layanan lain. Selain itu, TLKM juga mempertahankan posisi dominan di pasar broadband tetap dengan merek IndiHome yang terus tumbuh pesat.

Investor Asing Mulai Kembali

Pada 2Q24, harga saham TLKM mengalami penurunan signifikan, terutama dari pertengahan Maret hingga pertengahan Juni 2024, yang mengecewakan investor. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh kinerja yang kurang memuaskan, tetapi faktor lain juga turut berperan. Saham TLKM sangat dipengaruhi oleh arus dana investor asing, dan penjualan besar-besaran oleh investor asing mulai 22 Maret 2024 memiliki dampak besar pada performa saham TLKM.

Namun, sejak akhir Juni, investor asing mulai kembali dan harga saham TLKM pun mulai pulih. Kami memperkirakan jika Amerika Serikat mulai menurunkan suku bunga, investor asing akan kembali dan harga saham TLKM kemungkinan akan menunjukkan tren positif.

Rekomendasi dan Target Harga

Kami tetap mempertahankan pandangan positif terhadap TLKM. Meskipun kinerjanya di 2024 lebih lemah dari yang diharapkan, kami telah menyesuaikan perkiraan kami. TLKM masih memegang posisi dominan di pasar telekomunikasi Indonesia dan ada potensi pertumbuhan yang signifikan di sektor ini. Namun, intensifikasi persaingan di bisnis seluler dan broadband tetap telah menyebabkan pendapatan yang lebih lemah dari yang diperkirakan.

Oleh karena itu, kami merevisi perkiraan pendapatan FY24 kami dari 4,2% menjadi 3,2%. Meskipun begitu, kami tetap merekomendasikan Buy dengan target harga IDR3.800/saham. Valuasi TLKM saat ini terbilang undervalued dibandingkan dengan sektor telekomunikasi di negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia dan Singapura.

Kesimpulannya, meskipun ada tantangan, TLKM masih memiliki potensi besar untuk tumbuh dan memberikan nilai jangka panjang bagi para investornya.

Sumber analisis 1

  1. Telkom Indonesia (miraeasset.co.id)[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *