Kabar Pasar

Gemuruh Bursa Saham AS: Resesi Menghantui!

Bursa saham Amerika Serikat kembali mengalami penurunan yang signifikan, dengan indeks Nasdaq merosot hingga -4,8% WoW, sedangkan S&P 500 dan DJIA masing-masing turun -3,6%WoW dan -2,6% WoW per tanggal 11 Maret 2025. Penurunan ini bukanlah sekadar fluktuasi biasa, melainkan mencerminkan ketidakpastian yang terus membayangi pasar akibat kekhawatiran investor akan potensi resesi yang kian mendekat.

Mengapa Pasar Saham Merosot?

Kalau kita tengok lebih dekat, penurunan ini sudah berlangsung sejak dua minggu terakhir dan dipicu oleh keresahan di kalangan investor mengenai dampak dari perang dagang. Mark Zandi, Kepala Ekonom di Moody’s Analytics, mengungkapkan kepada ABC News bahwa proyeksi resesi di AS kini naik menjadi 35%. Nah, makin banyak yang bilang bahwa resesi bukan sekadar omong kosong belaka, kan?

Reaksi Donald Trump: Nyatakan Sikapnya!

Hasil dari semua penurunan ini, Presiden AS Donald Trump angkat bicara. Di hadapan publik, dia menyatakan bahwa masyarakat tidak bisa hanya melihat pasar modal. Ini terdengar sedikit kontradiktif ya, terutama mengingat bahwa selama ini Trump sering menjadikan performa pasar modal sebagai barometer keberhasilannya. Dia juga mengingatkan akan adanya gejolak yang mungkin terjadi selama “periode transisi” kepresidenannya. Wah, kedengarannya seperti naskah film thriller, ya?

Tarif Impor dan Ketidakpastian Global

Pernyataan Trump sepertinya menjadi bagian dari cerita yang lebih besar. Baru-baru ini, Trump mengancam akan menggandakan tarif pada baja dan aluminium asal Kanada menjadi 50%. Namun, keputusan ini dibatalkan hanya beberapa jam setelah diumumkan. Rencananya yang sempat mengguncang pasar menunjukkan betapa cepatnya situasi bisa berubah

Difinisi yang lebih menakutkan datang dari Uni Eropa, yang baru saja mengumumkan dalam konferensi pers bahwa mereka akan menerapkan tarif balasan terhadap barang-barang dari AS senilai 28 miliar dolar AS. Tindakan ini adalah respons atas kebijakan tarif yang diterapkan oleh pemerintah AS, dan akan mulai efektif per 1 April 2025. Rasanya, pasar sedang dalam arena pertarungan yang cukup membuat resah, ya!

Dampak ke Perekonomian Global dan Indonesia

Paling menarik, dampak dari ketidakpastian ini tidak hanya mengintai AS. Bisa jadi, resesi di AS akan berimbas pada neraca perdagangan Indonesia melalui penurunan ekspor. Namun ada satu sisi yang bisa jadi peluang, yaitu jika perekonomian AS memburuk, ada kemungkinan The Fed akan menurunkan suku bunga. Hal ini tentu saja bisa diikuti oleh Bank Indonesia dan demikian dapat meringankan beban utang dalam negeri.

Prospek pemangkasan suku bunga tersebut semakin terlihat jelas, dengan CME FedWatch Tool menunjukkan bahwa probabilitas pemangkasan lebih dari 50 bps hingga akhir 2025 naik menjadi 65,8% dari sebelumnya hanya 60,9%.

Kesimpulan

Dalam situasi ini, kita dihadapkan pada serangkaian keputusan yang krusial. Ketidakpastian di pasar saham AS tidak hanya mengguncang Wall Street, tapi juga dapat berimbas langsung pada perekonomian Indonesia. Kesulitan kini menjadi tantangan, dan bagaimana kita bisa bersiap menghadapi risiko ini adalah kuncinya. Jadi, sudah siapkah kamu memantau perkembangan ini? Mari kita lihat bersama sama!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *