Donald Trump Menang Pemilu: Dampaknya Terhadap Ekonomi Global dan Indonesia
Donald Trump diproyeksikan telah meraih lebih dari 270 electoral votes dalam pemilihan umum presiden AS, berhasil mengalahkan Kamala Harris. Hasil ini didapat dari quick count yang dirilis oleh berbagai sumber terpercaya seperti Reuters, NBC News, dan New York Times pada hari Rabu (6/11) waktu setempat.
Secara umum, Trump mendorong sejumlah kebijakan proteksionis yang lebih berfokus pada pengembangan ekonomi domestik, antara lain:
- Menurunkan pajak korporasi menjadi 15% (sebelumnya: 21%).
- Menetapkan bea impor sebesar 10–20% atas seluruh barang impor. Khusus untuk China, bea impor yang akan dikenakan sebesar 60%.
Menanggapi proyeksi kemenangan Trump tersebut, indeks dolar AS (DXY) menguat +1,32% ke level 104,8 pada hari ini. Sementara itu, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik +12 bps ke level 4,4%.
Di Indonesia, berita tentang kemenangan Trump berdampak negatif dengan menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang turun -0,6% ke level 15.840. Ini menandai level terendah dalam 3 bulan terakhir. Di sisi lain, yield obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun naik +11 bps ke level 6,85%.
Perlu dicatat, pelemahan kurs juga terlihat pada mata uang negara berkembang (emerging market) lainnya, dengan nilai tukar ringgit Malaysia (-1,3%) dan peso Filipina (-0,58%) ikut melemah dalam perdagangan hari ini.
Menyusul pelemahan nilai tukar rupiah, Direktur Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia, Fitra Jusdiman,mengatakan bahwa pihaknya siap untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dari volatilitas. Fitra menyebut bahwa Bank Indonesia akan melakukan intervensi rangkap 3, yang menargetkan pasar spot valas, domestic non–deliverable forward, dan pasar obligasi pemerintah sekunder.
Kami melihat kebijakan proteksionis dari Trump berpotensi memperkuat dolar AS. Secara umum, hal ini dapat berdampak negatif terhadap IHSG karena memicu outflow dari investor asing, khususnya terhadap perusahaan yang memiliki eksposur (utang/impor) besar dalam dolar AS. Dari aspek ekonomi, kebijakan proteksionis ini juga dapat berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, mengingat AS merupakan sumber net ekspor terbesar kedua bagi Indonesia.
Pada perdagangan hari ini, Rabu (6/11), investor asing mencatatkan foreign outflow sebesar 1,1 triliun rupiah, dengan big banks seperti BMRI (-5,4%; foreign outflow 583 miliar rupiah), BBNI (-5,1%; foreign outflow 132 miliar rupiah), dan BBRI (-2,3%; foreign outflow 480 miliar rupiah) mengalami penurunan signifikan. Sementara itu, beberapa emiten yang memiliki utang/impor dolar AS besar juga mengalami penurunan, seperti ICBP (-3,6%), PWON (-5,3%), dan MAPI (-5,8%).
Di sisi lain, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dapat mempersempit ruang bagi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga. Konsensus Bloomberg mengekspektasikan pemangkasan suku bunga BI sebanyak -25 bps hingga akhir 2024.
Kesimpulan, kemenangan Donald Trump tidak hanya memengaruhi politik di AS, tetapi juga membawa dampak yang luas terhadap ekonomi global dan Indonesia. Kebijakan yang akan diambil bisa jadi menciptakan efek domino, yang memengaruhi pasar, nilai tukar, dan pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia, termasuk di tanah air. Mari kita lihat bagaimana perkembangan selanjutnya dan kesiapan pemerintah serta pelaku pasar untuk menghadapi situasi ini.