Berita Korporasi

BNII akan Akuisisi JMAS, serta Berita-Berita Korporasi lainnya

BNII dan JMAS menjadi sorotan publik setelah beredar kabar bahwa BNII, atau Bank Maybank Indonesia, dikabarkan sedang dalam tahap pembicaraan untuk mengakuisisi 60% saham JMAS, yaitu Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi. Rumor ini datang dari laporan Kontan, yang menyebutkan bahwa Koperasi Simpan Pinjam Jasa—pengendali JMAS dengan kepemilikan sekitar 58%—menawarkan valuasi sebesar 200 miliar rupiah untuk 100% saham JMAS. Namun, BNII dikabarkan hanya menawar di kisaran 100–150 miliar rupiah.

Menariknya, kabar ini langsung ditanggapi oleh Direktur Utama BNII, Steffano Ridwan, yang mengatakan bahwa BNII tidak memiliki rencana untuk melakukan akuisisi tersebut. Di sisi lain, Basuki Agus, Direktur Utama JMAS, menyebutkan bahwa memang ada beberapa pihak yang tertarik dengan perusahaan ini, namun keputusan akhir tetap berada di tangan pemegang saham. Apakah ini hanya permainan harga atau ada strategi lain yang disembunyikan? Yang jelas, para investor harus tetap waspada dan terus memantau perkembangan terbaru dari transaksi ini.

TPIA Siapkan Rencana IPO untuk Anak Usaha Infrastruktur

Berpindah ke berita lain, TPIA atau Chandra Asri Pacific tengah menjajaki kemungkinan untuk membawa anak usahanya, PT Chandra Daya Investasi, melantai di bursa. Rencana ini diungkapkan dalam keterbukaan informasi kepada BEI, di mana TPIA mengonfirmasi bahwa mereka sedang dalam tahap pembahasan internal untuk IPO tersebut. Suryandi, Direktur Chandra Asri, sempat mengatakan pada awal Agustus 2024 bahwa TPIA memang membuka peluang untuk IPO anak usaha ini. Namun, semuanya masih dalam tahap pembahasan. Apakah ini akan menjadi langkah strategis untuk memperkuat posisi TPIA di sektor infrastruktur?

PGAS: Kinerja Penjualan Gas Menurun, Apakah Ini Tanda Bahaya?

Perusahaan Gas Negara (PGAS) melaporkan bahwa volume penjualan gas selama 7 bulan pertama tahun 2024 (7M24) mencapai 847 BBTUD, turun 9% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Ini juga lebih rendah 11% dari target manajemen untuk tahun 2024. Dari total penjualan ini, 55% berasal dari pengguna HGBT, sementara sisanya dari non-HGBT. Volume transmisi gas juga tercatat sebesar 1.490 MMSCFD, naik 4% YoY, namun tetap lebih rendah 2% dari target tahunan.

Di sisi lain, volume penjualan LNG meningkat tajam sebesar 100% YoY menjadi 43 BBTUD, meskipun masih jauh di bawah target tahunan yang dipatok oleh manajemen. Apakah penurunan ini merupakan sinyal bahaya bagi PGAS? Atau justru ada strategi lain yang sedang dimainkan di balik layar?

INKP Tambah Kepemilikan Saham oleh Pengendali Utama

INKP atau Indah Kiat Pulp & Paper baru saja mencatatkan pembelian 30 juta saham oleh pengendali utamanya, PT APP Purinusa Ekapersada, pada 14 Agustus 2024. Transaksi ini dilakukan dengan harga 9.000 rupiah per lembar saham, dengan total nilai mencapai 270 miliar rupiah. Dengan pembelian ini, kepemilikan PT APP Purinusa di INKP meningkat dari 56,57% menjadi 57,12%. Langkah ini menunjukkan kepercayaan diri pengendali utama terhadap prospek masa depan INKP. Apakah ini sinyal bahwa perusahaan melihat potensi besar di tengah tantangan industri kertas yang semakin kompetitif?

ELSA Rampungkan Studi EOR di 10 Struktur WK Pertamina

ELSA, melalui Direktur Utamanya, Bachtiar Soeria Atmadja, mengonfirmasi bahwa perusahaan telah menyelesaikan studi chemical enhanced oil recovery (EOR) di 10 struktur wilayah kerja (WK) milik PT Pertamina Hulu Energi dan 1 struktur di blok migas milik perusahaan lain. ELSA menargetkan setidaknya 1 proyek EOR dapat go live pada tahun 2024 dengan skema extended simulation. Langkah ini adalah bagian dari komitmen ELSA untuk terus berinovasi dan meningkatkan produksi minyak di tengah tantangan global. Dengan kerja sama yang kuat bersama perusahaan asal China, Daqing Oilfield Company Ltd., ELSA tampaknya siap untuk mengambil peran lebih besar dalam industri migas nasional.

KLBF Bangun Pabrik Radioisotop Kedua di Surabaya

KLBF atau Kalbe Farma melalui anak usahanya, PT Global Onkolab Farma, baru saja meresmikan groundbreaking pembangunan fasilitas produksi radioisotop dan radiofarmaka di Surabaya. Pabrik ini akan memproduksi fluorodeoxyglucose (FGD) yang digunakan untuk deteksi dini penyakit kanker dan akan melayani kebutuhan rumah sakit di Jawa Timur.

Pembangunan ini merupakan yang kedua setelah sebelumnya Kalbe juga memulai groundbreaking fasilitas serupa di Jakarta pada awal Februari 2024. Menurut Direktur Utama Kalbe, Vidjongtius, satu unit fasilitas produksi radioisotop dan radiofarmaka membutuhkan investasi sebesar 150–200 miliar rupiah. Dengan investasi besar ini, Kalbe Farma jelas menunjukkan komitmennya untuk memperkuat posisi di sektor kesehatan, khususnya dalam penyediaan solusi medis mutakhir di Indonesia.

Pengendali RAAM Kurangi Kepemilikan, Ada Apa?

RAAM atau Tripar Multivision Plus mencatatkan penjualan 365,2 juta saham oleh pengendali utamanya, Ram Jethmal Punjabi, pada 12–15 Agustus 2024. Saham-saham tersebut dijual dengan harga 497 rupiah per lembar, dengan total nilai transaksi mencapai 181,3 miliar rupiah. Setelah penjualan ini, kepemilikan Ram Jethmal Punjabi di RAAM turun dari 83,23% menjadi 77,33%. Apakah penjualan saham ini merupakan langkah strategis atau ada alasan lain di balik keputusan ini? Investor mungkin perlu lebih waspada dalam menyikapi perubahan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *