Blue Bird (BIRD): Melesat dengan Kinerja Mengagumkan di Tengah Persaingan Ketat Industri Transportasi
PT Blue Bird Tbk (BIRD) terus menunjukkan taji sebagai pemimpin dalam industri transportasi di Indonesia. Sebagai operator taksi terbesar, Blue Bird tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga melakukan berbagai inovasi untuk memperkuat posisinya di pasar. Namun, di tengah gempuran ride-hailing seperti Gojek dan Grab, bagaimana sebenarnya performa keuangan dan operasional BIRD di tahun 2024 ini? Apakah Blue Bird mampu bersaing di pasar yang semakin kompetitif?
Pemimpin Taksi Indonesia yang Terus Berkembang
Blue Bird bukan sekadar perusahaan taksi biasa. Dengan lebih dari 15.000 unit taksi reguler dan hampir 6.000 unit kendaraan sewa, perusahaan ini telah mendiversifikasi layanannya jauh melampaui hanya taksi konvensional. Mulai dari layanan eksekutif Silver Bird, sewa mobil Golden Bird, hingga layanan bus Big Bird, Blue Bird terus menawarkan solusi transportasi yang beragam untuk berbagai kebutuhan pelanggan di seluruh Indonesia.
Inovasi dalam Segmen Taksi
Di segmen taksi, BIRD memperkenalkan beberapa inovasi yang telah menarik perhatian pasar. Salah satunya adalah peluncuran kembali Lifecare Taxi di April 2024, yang memberikan akses inklusif bagi pelanggan dengan kebutuhan khusus. Selain itu, Blue Bird memperluas akses pemesanan taksi melalui WhatsApp Bluebird Reservation, serta memperkenalkan layanan taksi berbasis per jam, solusi hemat untuk perjalanan panjang atau dengan banyak tujuan.
Keberhasilan ini tidak terlepas dari efisiensi operasional Blue Bird. Pada Agustus 2024, tingkat utilisasi taksi mencapai 79,5%, dengan rata-rata pendapatan per armada mencapai Rp701.000, meningkat 2,9% dibanding tahun sebelumnya. Inovasi ini jelas memperlihatkan komitmen Blue Bird untuk tetap relevan di era digital.
Segmen Non-Taksi: Pertumbuhan yang Mengagumkan
Bukan hanya di segmen taksi, BIRD juga agresif mengembangkan layanan non-taksi, termasuk sewa mobil dan bus. Melalui PT Pusaka Prima Transport, Blue Bird menawarkan layanan sewa mobil jangka pendek dan panjang di berbagai kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bali. Di segmen bus, PT Big Bird Pusaka telah melayani banyak korporasi multinasional dan sekolah internasional, menambah diversifikasi pendapatan perusahaan.
Layanan shuttle antar kota juga berkembang pesat. PT Trans Antar Nusabird mengoperasikan rute dari Jakarta menuju kota-kota besar seperti Bandung, Semarang, dan Surabaya, menarik pelanggan domestik dan internasional. Bahkan, melalui Caready Auction Center, Blue Bird bermitra dengan Mitsubishi HC Capital untuk menyelenggarakan lelang kendaraan dan barang lainnya di Bekasi, Surabaya, dan Palembang.
Industri Taksi: Pulih Setelah Pandemi
Sektor taksi di Indonesia telah mengalami pemulihan yang signifikan setelah terpukul oleh pandemi COVID-19. Blue Bird, yang pendapatannya sempat terjun hingga 70% di puncak pandemi, kini melaporkan peningkatan pendapatan sebesar 72% dibandingkan tahun 2021. Ini menunjukkan bahwa permintaan transportasi aman dan andal kembali meningkat.
Pemulihan ekonomi pada tahun 2022 dan 2023 telah memberikan dorongan yang sangat dibutuhkan untuk industri ini. Integrasi kendaraan listrik ke dalam armada taksi dan metode pembayaran tanpa kontak telah memperkuat posisi perusahaan seperti Blue Bird dalam menguasai pangsa pasar.
Peluang Pertumbuhan di Masa Depan
Industri taksi di Indonesia diproyeksikan akan terus tumbuh, dengan pendapatan yang diperkirakan mencapai USD 5,23 miliar pada tahun 2024. Meskipun tingkat penetrasi taksi di Indonesia masih rendah (0,24 taksi per 1.000 orang), dibandingkan dengan Malaysia (3,1) dan Singapura (5,2), pertumbuhan urbanisasi dan meningkatnya daya beli masyarakat memberikan potensi besar bagi pertumbuhan industri ini.
Analisis Keuangan: Pertumbuhan Solid di 2024
Blue Bird mencatat pertumbuhan pendapatan yang luar biasa di kuartal kedua tahun 2024. Pendapatan kuartal ini mencapai Rp1,21 triliun, naik 8% dibanding kuartal sebelumnya, dengan segmen taksi berkontribusi sebesar Rp874,6 miliar. Sementara itu, segmen non-taksi, yang terus berkembang, mencapai Rp348,4 miliar, naik 24,1% dibanding tahun lalu.
Bagaimana BIRD mampu mempertahankan kinerjanya? Salah satu faktor utamanya adalah manajemen biaya yang efisien. Meskipun beban pokok penjualan meningkat 14,8% YoY, Blue Bird masih mampu meningkatkan margin laba kotor, berkat pendapatan yang tumbuh lebih cepat daripada biaya.
Pengeluaran Operasional dan Laba Bersih
Pengeluaran operasional BIRD juga meningkat sebesar 27,1% YoY, terutama karena biaya lisensi merek dagang yang baru mulai muncul di tahun 2024. Namun, meski ada peningkatan biaya ini, Blue Bird tetap mampu menjaga profitabilitasnya. Laba operasi di 2Q24 naik sebesar 39% QoQ menjadi Rp158 miliar, sementara EBITDA mencapai Rp299 miliar, menunjukkan pertumbuhan yang sehat di seluruh lini bisnis.
Tantangan dan Peluang di Tengah Persaingan Ride-Hailing
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Blue Bird adalah persaingan dengan layanan ride-hailing seperti Gojek dan Grab, yang telah mendominasi pasar transportasi Indonesia. Namun, perubahan strategi perusahaan-perusahaan teknologi yang mulai mengurangi diskon besar-besaran memberikan peluang bagi Blue Bird untuk kembali merebut pangsa pasar. Tanpa subsidi besar yang dulunya membuat ride-hailing lebih murah, konsumen mulai mempertimbangkan kembali taksi tradisional sebagai opsi yang lebih menarik.
Valuasi dan Rekomendasi: Apakah Saham BIRD Layak Dibeli?
Kami menghargai BIRD dengan menggunakan EV/EBITDA forward multiple yang mencerminkan valuasi 4,88x EV/EBITDA—masih di bawah rata-rata lima tahun sebesar 5,1x, dan menilai BIRD dengan rekomendasi beli untuk trading, dengan target harga (TP) IDR 2.310. Meski ada risiko seperti peningkatan kompetisi dari layanan ride-hailing dan potensi pemotongan subsidi bahan bakar, prospek pertumbuhan Blue Bird tetap kuat.
Kesimpulan: Blue Bird dalam Lintasan Positif
Di tengah persaingan yang semakin ketat, Blue Bird telah membuktikan bahwa mereka dapat terus berinovasi dan berkembang. Dengan pertumbuhan yang solid di segmen taksi dan non-taksi, serta pemulihan yang cepat dari dampak pandemi, Blue Bird berada di jalur yang tepat untuk mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar. Meskipun tantangan dari ride-hailing masih ada, penyesuaian strategi perusahaan untuk merespons tren pasar menunjukkan bahwa Blue Bird masih memiliki potensi besar di masa depan. Jika Anda mencari saham dengan potensi upside yang solid dalam industri transportasi Indonesia, Blue Bird bisa menjadi pilihan yang tepat.
Sumber analisis 1