Bank Rakyat Indonesia (BBRI): Meningkatkan Kualitas Aset di Tengah Tantangan Likuiditas
Pada periode 1H24, Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) berhasil membukukan laba bersih sebesar IDR 29.90T. Meski demikian, jika dilihat secara kuartalan, kinerja ini mengalami penurunan yang cukup signifikan dengan laba sebesar IDR 13.91T pada 2Q24, yang berarti hanya tumbuh tipis 1.1% YoY dibandingkan 1H23, namun turun -12.9% QoQ dari 1Q24. Penurunan ini juga tercermin pada Net Interest Margin (NIM) yang menyusut -28 Bps YoY menjadi 7.64% pada 1H24. Penyebab utama dari penyusutan NIM ini adalah kebijakan likuiditas ketat yang meningkatkan Cost of Fund (CoF), sehingga menggerus yield aset BBRI.
Meskipun demikian, Net Interest Income BBRI tetap menunjukkan pertumbuhan yang solid, yaitu sebesar +6.7% YoY menjadi IDR 69.93T pada 1H24, serta PPOP yang meningkat +11.7% YoY menjadi IDR 57.04T. Namun, tantangan utama bagi BBRI adalah dalam memperbaiki kualitas asetnya, yang terlihat dari peningkatan biaya provisi sebesar +33.8% YoY menjadi IDR 18.5T pada 1H24. Walaupun demikian, secara QoQ, biaya provisi mulai menunjukkan penurunan sebesar -27.3% QoQ menjadi IDR 7.78T pada 2Q24.
Strategi Kredit: Fokus pada Segmen Korporasi untuk Stabilitas
BBRI berhasil menyalurkan kredit sebesar IDR 1,336.8T pada periode 1H24, yang mencatatkan pertumbuhan +11.2% YoY dan +2.1% QoQ. Hal ini sejalan dengan target pertumbuhan kredit yang dipatok oleh BBRI (Guidance Loan Growth for FY24: 11-12%). Namun, strategi BBRI saat ini lebih difokuskan pada segmen Corporate yang cenderung lebih stabil dan konservatif. Ini terlihat jelas dalam dua kuartal terakhir, di mana segmen ini mengalami pertumbuhan signifikan sebesar +10% QoQ dan +29.2% YoY menjadi IDR 241T pada 1H24.
Sebaliknya, pertumbuhan pada segmen Mikro hanya mencatatkan kenaikan +7.8% YoY dan hampir tidak bergerak secara QoQ, yaitu hanya +0.06% menjadi IDR 623T pada 1H24. Sedangkan segmen Small (Usaha Kecil Menengah) mengalami perlambatan pertumbuhan, dengan hanya naik +2% YoY dan turun -0.98% QoQ menjadi IDR 232.3T pada 1H24. Dengan demikian, outlook untuk kuartal 3Q24 diperkirakan pertumbuhan kredit akan lebih melambat.
Kualitas Aset: Langkah Awal Pemulihan
Salah satu tantangan terbesar BBRI di tahun 2024 adalah dalam menjaga kualitas asetnya. Kualitas aset BBRI sangat dipengaruhi oleh segmen Mikro dan UKM. Pada 1H24, Non-Performing Loan (NPL) BBRI tercatat sebesar 3.05%, sedikit menurun dibandingkan 3.11% pada 1Q24, namun masih di atas target yang diberikan BBRI (FY24 Guidance: <3%).
NPL dari segmen Mikro meningkat menjadi 2.95% pada 1H24 dibandingkan 2.23% pada 1H23 dan 2.69% pada 1Q24. Sementara itu, segmen Small (UKM) menunjukkan perbaikan, dengan NPL menurun menjadi 5.05% pada 1H24 dari 5.44% pada 1Q24.
Untuk mengatasi tantangan ini, BBRI telah menerapkan beberapa strategi mitigasi risiko, termasuk membatasi plafon pinjaman untuk segmen Mikro berdasarkan profil risiko regional dan memperketat kebijakan persetujuan kredit. Selain itu, penurunan inflasi harga makanan telah membantu mengurangi tekanan pada nasabah berpenghasilan rendah-menengah, sementara restrukturisasi kredit melalui perpanjangan tenor juga memberikan dampak positif.
Langkah-langkah ini mulai menunjukkan hasil, di mana Cost of Credit (CoC) BBRI turun signifikan menjadi 3.13% pada 2Q24 dari 3.83% pada 1Q24. Ini menandakan bahwa BBRI telah mulai mencadangkan provisi untuk segmen Mikro dan UKM untuk memitigasi risiko di masa depan.
Tantangan Likuiditas: CoF Masih Tinggi
Dana Pihak Ketiga (DPK) BBRI terus bertumbuh sebesar +11.6% YoY pada 1H24, meskipun mengalami penurunan -1.9% QoQ. CASA Ratio BBRI meningkat sebesar +150 Bps QoQ menjadi 63.2% pada 1H24, yang disebabkan oleh penurunan signifikan pada deposito berjangka sebesar -5.7% QoQ menjadi IDR 511.8T.
Namun, tantangan yang masih dihadapi BBRI adalah tingginya Cost of Fund (CoF), yang terus meningkat akibat kebijakan likuiditas yang ketat dan suku bunga tinggi. Pada 1H24, CoF BBRI tercatat sebesar 3.64%, naik dari 3.59% pada 1Q24. Peningkatan CoF ini turut berkontribusi terhadap penurunan NIM BBRI pada periode tersebut.
Rekomendasi: Buy dengan Target Price Lebih Rendah
Dalam menghadapi tantangan tersebut, NHKSI Research merekomendasikan Buy untuk saham BBRI, namun dengan Target Price yang lebih rendah di level IDR 5,550 (+18.3% Upside), yang mencerminkan F P/BV sebesar 2.16x FY24. Hal ini menunjukkan sikap yang lebih berhati-hati terhadap kualitas aset BBRI ke depannya.
Faktor-faktor yang dapat menjadi katalis positif bagi BBRI adalah perbaikan kualitas aset dan minimnya kenaikan CoF yang berpotensi mengembalikan ekspansi NIM. Namun, risiko yang dapat menjadi potensi downside adalah situasi makro yang tidak kondusif, kontraksi NIM yang lebih besar dari perkiraan, pertumbuhan kredit yang melambat, serta persaingan yang semakin intens di era suku bunga tinggi.
Pada akhirnya, BBRI saat ini berada dalam proses transisi penting untuk meningkatkan kualitas asetnya di tengah tantangan eksternal yang signifikan. Dengan fokus yang lebih konservatif pada kredit korporasi dan upaya mitigasi risiko yang lebih ketat, BBRI memiliki peluang untuk pulih dan memperkuat posisinya dalam jangka panjang.
Sumber analisis 1