Analisis Kinerja Keuangan Indofood Sukses Makmur di 2Q24: Antara Peluang dan Tantangan
Perusahaan makanan raksasa Indofood Sukses Makmur (INDF) baru saja merilis laporan keuangan untuk kuartal kedua tahun 2024, dan hasilnya cukup mengejutkan. Dengan mencatatkan laba bersih hanya sebesar 1,4 triliun rupiah, terjadilah penurunan sebesar -18% secara tahunan (YoY) dan -43% secara kuartalan (QoQ). Jika kita lihat lebih jauh, total laba bersih selama paruh pertama tahun ini juga mengalami penurunan yang signifikan, yakni -31% YoY menjadi 3,9 triliun rupiah, yang berarti hanya mencakup sekitar 40% dari estimasi keseluruhan untuk FY24 yang ditetapkan oleh konsensus.
Penyebab Kinerja yang Lemah
Salah satu alasan utama di balik hasil kurang memuaskan ini adalah kerugian akibat fluktuasi nilai tukar. Dalam konteks ini, nilai rupiah menghadapi tantangan saat berhadapan dengan dolar AS, yang mencapai level 16.421 pada akhir kuartal kedua. Hal ini jelas berpengaruh pada profitabilitas bisnis, terutama di kala ketidakpastian ekonomi global.
Performansi Operasional yang Menarik
Namun, tidak semuanya suram! Secara operasional, laba usaha meningkat secara signifikan, mencapai 5,1 triliun rupiah di 2Q24, dengan pertumbuhan +28% YoY, meskipun ada penurunan -14% QoQ. Total laba usaha selama 1H24 tercatat di angka 11 triliun rupiah, yang mewakili pertumbuhan +19% YoY. Apa yang membuat ini menarik? Laba usaha di kuartal kedua dan paruh pertama tahun ini melampaui ekspektasi, mencapai 56% dan 52% dari estimasi FY24 konsensus.
Tentu saja, faktor pendorong utama dari kenaikan laba usaha ini berasal dari pemulihan margin laba kotor yang disebabkan oleh normalisasi harga bahan baku, seperti gandum. Sepanjang 1H24, harga gandum mengalami penurunan hingga -15% YoY, yang mendongkrak margin laba kotor Indofood ke level sekitar 35%, naik hampir 400 bps secara tahunan.
Segmentasi Kinerja yang Menjanjikan
Membahas lebih dalam lagi, segmen consumer branded products di bawah Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) menjadi pilar kinerja yang kuat. Segmen ini berhasil mencatatkan kenaikan margin laba usaha hampir +200 bps YoY, kini berada di 22,4% untuk 2Q24 dan 23,2% untuk 1H24. Penurunan harga gandum berperan penting dalam pencapaian ini.
Segmen ICBP juga menunjukkan pertumbuhan pendapatan yang solid, dengan kenaikan +9% dan +7% YoY pada 2Q24 dan 1H24. Ini cukup mengkompensasi penurunan pendapatan yang terjadi di segmen-segmen lainnya, dan memberikan harapan bagi investor.
Prospek di Paruh Kedua Tahun 2024
Berdasarkan analisis kami, ada potensi peningkatan kinerja Indofood di paruh kedua tahun 2024 berkat dua faktor utama. Pertama, dengan semakin menurunnya harga gandum, margin ICBP dapat terus berkembang. Di mana pada Juli 2024, harga rata-rata gandum bahkan diprediksikan turun -4% dibandingkan dengan rata-rata pada 2Q24. Kedua, ada harapan pulihnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, berkat ekspektasi pemangkasan suku bunga yang mungkin dilakukan oleh The Fed.
Namun, meskipun ada optimisme ini, preferensi kami saat ini lebih mengarah pada ICBP dibandingkan INDF, karena laba bersih ICBP lebih responsif terhadap kedua faktor di atas dibandingkan INDF.
Secara keseluruhan, meskipun kinerja Indofood Sukses Makmur di 2Q24 menunjukkan beberapa tantangan, terdapat pula sinyal positif yang bisa menjadi harapan bagi para investor. Dengan langkah strategis dan perhatian yang cermat terhadap kondisi pasar, Indofood masih memiliki peluang untuk bangkit. Jadi, bagaimana tanggapan kamu tentang prospek INDF di masa mendatang?