Analisis Saham

Analisis Kinerja Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF): Pertumbuhan Volume Stabil dan Prospek Masa Depan

Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) berhasil mencatatkan kinerja yang solid di tengah tantangan ekonomi global yang tidak menentu. Dalam paruh pertama tahun 2024, INDF berhasil mencatatkan peningkatan laba bersih sebesar 2% YoY menjadi Rp 57,30 triliun. Meskipun hasil ini sedikit di bawah perkiraan kami untuk tahun fiskal 2024 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 49,6% (dibandingkan dengan panduan perusahaan sebesar 48,9%), laba bersih paruh pertama tahun ini tetap menunjukkan peningkatan yang signifikan sebesar 22% YoY menjadi Rp 5,76 triliun. Namun, margin laba bersih sedikit menurun menjadi 6,7% dari 9,9% pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Pertumbuhan Berbasis Volume: Permintaan Internasional Jadi Pendorong Utama

Satu hal yang patut dicatat adalah bagaimana pertumbuhan berbasis volume menjadi salah satu kekuatan utama INDF, terutama dengan tingginya permintaan internasional untuk produk mie instan, seperti Indomie. Meski penjualan domestik hanya tumbuh sebesar 2% pada paruh pertama 2024, kinerja di Timur Tengah dan Afrika jauh lebih kuat dengan peningkatan sebesar 6,71% YoY menjadi Rp 8,06 triliun. Selain itu, pasar Asia juga mencatatkan lonjakan yang mengesankan sebesar 32,3% YoY menjadi Rp 1,56 triliun.

Secara kuartalan, pendapatan pada kuartal kedua 2024 naik sebesar 3,8% YoY menjadi Rp 26,51 triliun. Namun, penurunan pendapatan Indomie sebesar 12% QoQ di kuartal ini menyebabkan total pendapatan merosot sebesar 14% QoQ. Meski demikian, margin EBITDA tetap stabil pada level 23,6% di kuartal kedua, meskipun EBITDA secara keseluruhan turun 12% YoY menjadi Rp 6,27 triliun.

Dalam upaya mempertahankan pangsa pasar dan menarik konsumen di tengah ketidakpastian ekonomi global, manajemen INDF memutuskan untuk tidak menaikkan harga produk di segmen Consumer Branded (seperti Indomie) setelah tiga kali kenaikan harga tahun lalu. Strategi ini diharapkan dapat meningkatkan volume penjualan, meskipun margin keuntungan sedikit tertekan.

Kinerja Segmen Bogasari dan Agribisnis: Tantangan yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Meski INDF mencatatkan pertumbuhan yang positif di beberapa segmen, segmen Bogasari dan Agribisnis masih menghadapi tantangan besar. Penjualan di segmen Agribisnis tercatat menurun sebesar 7% YoY menjadi Rp 7,05 triliun pada paruh pertama 2024. Penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kontraksi penjualan di sub-segmen Perkebunan dan Minyak Goreng.

Di sub-segmen Perkebunan, penurunan produksi yang disebabkan oleh musim hujan yang lebat berkontribusi pada penurunan penjualan. Produksi TBS dan CPO masing-masing mengalami penurunan sebesar 1%, sementara volume penjualan PK, PKO, dan PKE turun 16%.

Di sisi lain, segmen Bogasari juga menunjukkan penurunan penjualan sebesar 3% YoY menjadi Rp 15,41 triliun pada paruh pertama 2024. Meski demikian, EBIT untuk segmen ini berhasil tumbuh sebesar 20% YoY menjadi Rp 1,22 triliun. Namun, secara kuartalan, penjualan Bogasari turun sebesar 18% QoQ menjadi Rp 5,43 triliun, yang sebagian besar disebabkan oleh faktor musiman pasca pandemi.

Pergeseran Perilaku Konsumen Pasca Pandemi

Seiring dengan berakhirnya pandemi, perilaku konsumen tampaknya mengalami perubahan signifikan. Di masa sebelum pandemi (2016-2020), kuartal kedua biasanya menjadi periode puncak untuk INDF dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3%. Namun, pasca pandemi (2021-2024), pertumbuhan ini justru mencatatkan angka negatif rata-rata sebesar -11% QoQ. Hal ini diduga akibat dari kebijakan lockdown yang mendorong konsumen untuk lebih sering makan di luar rumah, terutama pada kuartal kedua 2024.

Rekomendasi dan Potensi Upside: BUY dengan Target Harga Rp 6.800

Melihat kinerja yang ada, kami merekomendasikan OVERWEIGHT dengan target harga sebesar Rp 6.800 per saham. Target ini mencerminkan P/E sebesar 6,4x (-1 STD) dengan potensi kenaikan sebesar 8,8%. Namun, beberapa risiko yang perlu diperhatikan antara lain adalah potensi pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap USD, penurunan permintaan produk, dan kenaikan biaya bahan baku utama.

Harga saham terakhir tercatat pada Rp 6.250 (per 13 Agustus 2024), dengan rentang harga 52 minggu antara Rp 7.200 dan Rp 5.850. Dengan potensi upside yang menarik dan risiko yang masih terukur, INDF tetap menjadi pilihan yang menarik untuk portofolio investasi Anda.

Kesimpulan: Meskipun menghadapi tantangan di beberapa segmen, pertumbuhan berbasis volume yang didorong oleh permintaan internasional memberikan sinyal positif bagi masa depan INDF. Dengan strategi yang tepat dan fokus pada peningkatan volume, Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) tetap menjadi perusahaan yang patut dipertimbangkan bagi para investor yang mencari peluang di sektor konsumsi.

Sumber Analisis 1

  1. INDF_2Q24_NHKS_Company_Report[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *