Analisis Kinerja Indo Tambangraya Megah (ITMG) di Kuartal Kedua 2024: Apa yang Perlu Anda Ketahui?
Indo Tambangraya Megah (ITMG) baru saja menggelar earnings call terkait kinerjanya di kuartal kedua tahun 2024 pada Kamis, 15 Agustus. Jika Anda penasaran dengan apa yang terjadi di perusahaan ini, mari kita membongkar beberapa catatan penting yang patut Anda simak!
1. Margin Laba Kotor yang Menggembirakan Meski Ada Penurunan ASP
Pendapatan Indo Tambangraya mengalamai kenaikan yang signifikan pada kuartal kedua 2024, mencatatkan pertumbuhan sebesar 14,5% QoQ. Ini jelas menunjukkan bahwa peningkatan volume penjualan yang mencapai 16% QoQ telah menjadi pendorong utama. Namun, menariknya, harga jual rata-rata (ASP) justru mengalami penurunan -3,9% QoQ. Penurunan ini disebabkan oleh peningkatan penjualan batu bara berkualitas rendah dan merangkaknya gap antara harga acuan Newcastle dan ICI3.
Di sepanjang semester pertama 2024, produksi batu bara ITMG tercatat mencapai 9,2 juta ton, setara dengan 47,9% dari estimasi FY24F yang diberikan oleh Stockbit. Sementara itu, volume penjualan mencapai 10,8 juta ton, yang mewakili 52,7% dari target yang ditetapkan.
Menarik untuk dicatat bahwa margin laba kotor meningkat menjadi 27,8% pada 2Q24, yang cukup menggembirakan dibandingkan dengan 24,4% pada kuartal pertama 2024. Ini semua berkat normalisasi pada biaya produksi yang lebih terkendali.
2. Ketidakpastian Masalah Opex dan Logistik
Namun, kita juga tidak bisa mengabaikan tantangan yang dihadapi ITMG. Tercatat bahwa biaya pemuatan dan waktu tunggu berlabuh melambung hingga +25,4% QoQ. Ini jadi sinyal bahwa masalah logistik dan rantai pasok masih menjadi batu sandungan bagi perusahaan. Manajemen ITMG berkomitmen untuk memperbaiki situasi ini, tetapi sayangnya, mereka belum bisa memberikan panduan terkait kapan masalah ini akan teratasi.
3. Kerugian Lain-Lain: Dampak Kurs dan Swap
Di balik keuntungan yang menjanjikan, ada juga risiko yang harus dihadapi. ITMG mengalami peningkatan kerugian lain-lain yang lebih dari enam kali lipat secara QoQ pada 2Q24, yang sebagian besar disebabkan oleh kerugian kurs yang meningkat 34,8% QoQ. Ini terkait dengan posisi neraca keuangan yang memiliki net asset dalam rupiah, sehingga ketika rupiah melemah, dampaknya pun langsung terasa.
Berita baiknya, dengan prospek pemangkasan suku bunga dari The Fed dan tren penguatan rupiah, ada harapan untuk mendapatkan kembali keuntungan kurs pada paruh kedua tahun 2024.
Sementara itu, konversi dari keuntungan swap batu bara menjadi kerugian pun berpotensi jadi masalah. Hal ini disebabkan oleh perubahan dalam pengakuan akuntansi, di mana keuntungan dari swap ini dicatat sebagai pendapatan di segmen lain-lain.
Kesimpulan
Dengan semua informasi yang telah disampaikan, pencapaian kinerja laba bersih ITMG pada tahun fiskal 2024 akan sangat bergantung pada bagaimana mereka menangani masalah logistik dan rantai pasok di paruh kedua tahun ini. Meskipun terdapat tantangan, jika dilihat dari prospek harga batu bara dan kinerja laba kotor yang solid selama semester pertama, masih ada harapan bahwa ITMG akan menunjukkan kinerja yang cukup memuaskan. Tentunya, perlu diingat bahwa semua ini tetap perlu dipantau seiring berjalannya waktu.