Analisis Keuangan XL Axiata: Pertumbuhan Positif dan Tantangan yang Dihadapi
XL Axiata (EXCL) baru saja merilis laporan keuangan untuk kuartal kedua tahun 2024 (2Q24) dan hasilnya cukup menggembirakan. Dengan mencatat laba bersih sebesar 486 miliar rupiah, perusahaan ini mengalami pertumbuhan 8% dibanding tahun lalu, meskipun ada penurunan 10% dibanding kuartal sebelumnya. Capaian ini mengantarkan total laba bersih selama setengah tahun pertama 2024 (1H24) mencapai 1 triliun rupiah, yang menunjukkan peningkatan signifikan sebesar 58% dibanding tahun lalu. Hasilnya pun lebih tinggi dari ekspektasi, karena sudah setara dengan 57% dari estimasi konsensus FY24F.
Kinerja Operasi yang Kuat dan Pertumbuhan Pelanggan
Dalam aspek operasional, XL Axiata menunjukkan performa yang solid. Pada 2Q24, jumlah pelanggan mobile mereka meningkat menjadi 58,5 juta (+1% YoY, +2% QoQ). Yang menarik, rata-rata pendapatan per pelanggan (ARPU) untuk segmen mobile tetap stabil di level 44 ribu rupiah (+5% YoY, 0% QoQ). Meski ada penurunan pada beban pemasaran serta biaya umum dan administrasi, hasil ini membantu meningkatkan margin profitabilitas XL selama 1H24.
Manajemen EXCL dalam sesi earnings call pada Rabu (7/8) menjelaskan bahwa pertumbuhan pelanggan dan ARPU tak terlepas dari investasi yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas jaringan di kota-kota di mana market share mereka masih tipis. Mereka optimis bahwa beban pemasaran akan meningkat di paruh kedua tahun 2024 akibat faktor musiman dan persaingan yang kian ketat. Dengan strategi integrasi pembayaran melalui aplikasi, XL Axiata juga berambisi untuk menjadi market leader dari sisi ARPU.
Strategi Konservatif Tanpa Upgrade Guidance
Meski semua pencapaian dalam 1H24 tampak baik, manajemen EXCL memilih untuk tidak melakukan upgrade guidance untuk FY24 yang sudah mereka tetapkan di awal tahun. Keputusan ini diambil karena situasi persaingan yang masih sangat dinamis dan tidak menentu. Berikut adalah rincian guidance manajemen EXCL untuk FY24:
- Pertumbuhan Pendapatan: high single-digit
- Margin EBITDA: sekitar 50%
- Capex: 8 triliun rupiah
Perlu dicatat, laporan keuangan EXCL belum mencakup faktor integrasi dari bisnis fixed broadband yang diambil dari Link Net (LINK), karena terdapat ketidakpastian pada timeline akibat faktor administratif.
Pemikiran Akhir: Fokus pada Pertumbuhan dan Inovasi
Kami menilai bahwa outlook EXCL dalam jangka pendek akan sangat bergantung pada bagaimana perusahaan dapat melaksanakan strateginya dalam mempertahankan pertumbuhan ARPU dan jumlah pelanggan. Meskipun selisih ARPU dengan kompetitor semakin mengecil (dengan TLKM di 45 ribu rupiah dan ISAT di 38 ribu rupiah pada 2Q24), tantangan untuk terus tumbuh tetap ada.
Selain itu, kami juga mengingatkan tentang beberapa surprising factor yang mungkin mempengaruhi pergerakan harga saham EXCL dalam waktu dekat, seperti integrasi pendapatan dan laba bersih dari LINK ke laporan keuangan EXCL dan perkembangan merger antara EXCL dan FREN. Dengan semua dinamika ini, kita perlu terus memantau langkah-langkah strategis yang akan diambil oleh manajemen EXCL di masa mendatang.